Jumat, 27 April 2012

YUuukkzz..LakUkaN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN PONPES MUSTOFAWIYAH PURBABARU MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA...!!!!^_^

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan Ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masayakat lokal (TIES, 2000). Potensi objek ekowisata di Indonesia cukup besar, salah satunya berada di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Kabupaten Madina yang strategis berada di antara dua daerah tujuan wisata yang biasa dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yaitu Bukit Tinggi (Sumatera Barat) dan Danau Toba (Sumatera Utara).  Daerah Madina yang masih alami dan belum terjamah oleh sentuhan para ekowisatawan (ecotourist) baik dari dalam negeri maupun mancanegara, menjadikan Kabupaten Madina sebagai solusi alternatif wisatawan di masa yang akan datang dan sebagai tempat transit maupun daerah tujuan wisata yang wajib dikunjungi setelah Bukit Tinggi maupun Danau Toba.
Salah satu dari sekian banyak yang berpotensi menjadi objek wisata di Mandailing Natal, Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru besrta daerah di sekitarnya merupakan tempat yang memiliki daya tarik tersendiri. Sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi objek ekowisata.
Nah...Di bawah ini ada beberapa foto Ponpes yang saya ambil dari beberapa web yang menjadi literatur dalam penulisan postingan kali ini...


Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru berlokasi di Jalan Lintas Medan-Padang, Desa Purba baru,  Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Pondok santri ini merupakan pondok yang mempunyai ciri khas sendiri dan merupakan salah satu Pondok Pesantren tertua bila dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain di Indonesia.
Di Pesantren ini, para santri putra dilatih kemandiriannya dengan membangun pondok tempat tinggal mereka. Ribuan pondok yang terhampar di Desa Purba Baru ini menjadi pemandangan unik di jalan lintas Sumatra. Ada yang merupakan bangun sederhana dengan atap rumbia dan dinding papan, tapi ada juga yang membangun dengan model mutakhir, bahkan tak sedikit yang bertingkat dua atau tiga. Yang menarik, walau mereka bangun dengan model mutakhir, tetap dengan penerangan lampu sumbu dan beralaskan tikar pandan. Dipondok inilah para santri-santri tinggal untuk memperdalam ilmu agamanya di Pesantren Musthafawiyah yang didirikan oleh H. Musthafa Husein Nasution.

Gbr. Gubuk-gubuk tempat tinggal santri

Para turis mancanegara tertarik melihat keberadaan gubuk-gubuk kecil berukuran 1,5 x 2,5 meter yang berbaris di sepanjang jalan, digunakan sebagai tempat tinggal santri yang berasal dari berbagai daerah di negeri ini. Keberadaan gubuk-gubuk kecil sebagai tempat santri dididik untuk hidup mandiri membuat kesan yang agak asing, dan didukung jumlah santri yang mencapai 8000 orang membuat suasana Ponpes Purba Baru menarik untuk disinggahi.
Selain ketertarikan akan keunikan pesantren ini, masih berada disekitar lokasi pesantren terdapat sebuah sungai yang disebut “Aek Singolot” yang airnya bening, dan terdapat batu-batu besar  yang membelah aliran sungai serta berarus deras menawarkan keindahan alam yang eksotik. Yang menjadikan sungai ini berbeda dengan sungai lainnya adalah airnya yang terasa sepat karena mengandung kesadahan yang cukup tinggi.
Air sadah merupakan air dengan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Inilah yang menyebabkan sabun tidak akan menghasilkan busa atau hanya menghasilkan sedikit sekali busa. Akan tetapi walupun sungai ini mnyebabkan pemborosan penggunaan sabun, sungai ini merupakan salah satu tempat berlangsungnya aktifitas MCK oleh para santri dan masyarakat di sekitarnya.
Yang tidak kalah menarik, tak jauh dari lokasi Ponpes, terdapat rumah makan yang menyuguhkan hidangan khas Mandailingnya yang nikmat. Rumah makan itu berdesain seperti pondokan-pondokan beratap ijuk didirikan di tepi “Aek Singolot” (Sungai Singolot).

Di seberang rumah makan yang dibatasi sungai itu berjejer pepohonan yang hampir semuanya adalah pepohonan karet. Terkadang tampak gerombolan kera berkeliaran di sana. Pepohonan karet yang rimbun menyerupai hutan itu plus suara aliran sungai yang gemericik tak pernah berhenti sungguh membuat suasana sangat teduh dan nyaman, meski cuaca sedang terik sekalipun. Tak heran, nafsu makan sering bertambah saat bersantap di tempat ini.
Menu andalan rumah makan yang bernama “Pondok Paranginan” ini adalah “Kopi Mandheling” atau sering juga disebut Kopi takar (batok kelapa) karena batok/tempurung kelapa yang dijadikan sebagai wadah penyajiannya. Batok bukan sembarang batok. Batok kelapa yang ini terbuat dari batok kelapa gading yang dibentuk seperti cangkir lengkap dengan tatakannya. Yang uniknya lagi, kopi khas Madina itu disajikan dalam cangkir batok tersebut dengan sebatang kayu manis dimasukkan ke dalamnya, persis seperti sedotan dan memang difungsikan sebagai sedotan untuk menikmati rasa kopinya yang khas. Sebuah perpaduan rasa kopi Mandheling dan kayu manis yang unik. Tidak terlalu manis dan hangat sampai ke perut akan membuat para penikmatnya ketagihan.
Gbr. Kopi Mandheling...hmmm...nikmat'aaaa...!!

Selain Kopi Takar, menu khas Mandailing lainnya juga bisa dinikmati di sini, diantaranya “sambal tuktuk”, gulai “bulung gadung na i duda” (daun ubi tumbuk).
                                                                                         
Berdasarkan keunikan-keunikan di atas, diharapkan bisa menjadi sebuah pertimbangan bahwa kawasan Ponpes Mustofawiyah Purba Baru sekitarnya dapat dijadikan menjadi salah satu lokasi pengembangan objek ekowisata.

1.2.      Tujuan
          Adapun tujuan daerah tersebut dijadikan objek wisata adalah sebagai berikut.
1. Ekonomi masyarakat disekitarnya akan terbantu dan dapat mendorong masyarakat dalam melestarikan keunikan-keunikan alam dan budaya yang ada di daerah tersebut
2. Untuk membantu Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru dalam mengkomunikasikan keberadaanya kepada publik.
3.    Agar nilai-nilai religi di dareah tersebut tetap terjaga.


^_^
HaLak MandaiLing Do Aw Kawaaannn..!!!
HORAAASSSSS,,,,!!!
^_^


Template by:

Free Blog Templates