Rabu, 11 Juli 2012

2.1.      Strategi Pengembangan Ekowisata
Strategi pengembangan ekowisata dirumuskan untuk dapat menghindari berbagai konflik kepentingan antar masing-masing stakeholder dan untuk menjamin upaya keberlanjutan kawasan konservasi yang menjadi output yang diharapkan dalam penerapan ekowisata.
Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan ekowisata di daerah Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru ini adalah:
·         Perbaikan aksesibilitas menuju kawasan di dalam kawasan objek ekowisata. Dalam hal ini terkait dengan fasilitas sarana dan prasarana.
·         Menjamin keamanan, dalam konteks ini adalah rasa aman melakukan perjalanan ekowisata termasuk di dalam kawasan, misalnya asuransi, dan sebagainya.
·         Pembangunan infrastruktur minimum, dalam hal ini dimaksudkan sebagai infrastruktur dari objek daya tarik wisata seperti tempat peristirahatan, toilet, dll.
·         Membentuk lembaga untuk mengelola kawasan ekowisata.
·         Melakukan promosi untuk memasarkan objek ekowisata.
·          Pemberdayaan masyarakat untuk turut serta dalam pengelolaan kawasan.
·         Mempersiapkan masyarakat dengan memberikan bimbingan seperti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat tentang ekowisata sehingga dihasilkan pemahaman yang utuh mengenai sumberdaya yang dimilikinya.

BAB III
PENUTUP
1.1.      Saran
Agar pengembangan objek ekowisata pondok pesantren Mustafawiyah Purba Baru ini dapat direlisasikan, maka di harapkan kepada :
1.    Kepada Pemerintah daerah mandailing Natal untuk mempertimbangkan pengembangan ekowista di Kawasan Ponpes Mustafawiyah Purba Baru ini. Mengingat daerah ini memiliki keunikan-keunikan yang dapat mendukung daerah tersebut dijadikan sebagai objek ekowisata.
2.    Masyrakat setempat agar terus memperhatikan keberlanjutan potensi-potensi sumberdaya yang ada di daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
NN. 2010. Defenisiekowisata.
Tanjung, A. 2010. Musthafawiyah
2.1.      Analisis Keuntungan dan Kerugian dari Pembangunan Ekowisata
Ada beberapa keuntungan dari pengembangan ekowisata di kawasan Ponpes Purba Baru ini, yakni:
1) meningkatkan pengembangan di bidang ekonomi
2) mengkonservasi warisan alam & budaya
3) meningkatkan kualitas kehidupan dalam masyarakat lokal. 
1)          Meningkatkan Pengembangan di Bidang Ekonomi
Kawasan Ponpes Purba Baru bila dikembangkan untuk ekowisata dapat mendorong berkembangnya ekonomi lokal. Karena dengan dijadikannya daerah tersebut sebagai objek ekowisata, maka secara otomatis akan menerapkan peraturan tentang adanya sebuah sistem penetapan biaya masuk yang bertingkat, sehingga wisatawan asing membayar lebih besar daripada masyarakat lokal dan wisatawan domestik, harus adanya produk dan jasa untuk wisatawan sehingga wisatawan dapat menghabiskan uangnya untuk belanja di lokasi tersebut, harus adanya tempat penginapan/homestay, harus adanya pemandu atau jasa-jasa bidang lainnya, harus adanya penjualan makanan dan minuman lokal. Dilihat dari hal-hal tersebut, maka jelaslah bahwa pengembangan ekowisata ini akan memperbaiki perekonomian masyarakat setempat. 
2)          Mengkonservasi Warisan Alam & Budaya
Adanya kegiatan ekowisata di daerah Ponpes Mustafawiyah Purba Baru ini dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam mendukung konservasi warisan alam & budaya. Kegiatan ini dapat menghasilkan pendapatan-pendapatan yang dapat digunakan secara langsung untuk membantu memenuhi atau mengimbangi biaya-biaya konservasi, mempertahankan tradisi budaya dan menyediakan pendidikan. Ekowisata yang dikelola dengan baik dan diapresiasikan dengan antusias oleh wisatawan yang masa kini notabene mencari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan masyarakat dan budayanya dapat mendorong dalam mengkonservasi atau memulihkan warisan budaya sebuah daerah atau komunitas. Melalui sharing benefit yang menguntungkan masing-masing pihak (antara pengelola & swasta-masyarakat lokal-wisatawan), memicu masyarakat lokal untuk mempertahankan tradisi budaya seperti makanan khas yang disuguhkan dalam rumah makan “Paranginan” di atas. Ketika tradisi-tradisi dan nilai-nilai lokal dipertahankan maka masyarakat semakin didorong untuk memiliki rasa kebanggaan yang lebih besar dalam komunitas/ daerah mereka.
3)           Meningkatkan Kualitas Kehidupan Masyarakat Lokal
Menggambarkan bahwa di daerah Purba baru yang mendapat pemasukan dari wisatawan, tidak hanya menciptakan pekerjaan & meningkatkan pendapatan tetapi juga dapat digunakan untuk mendukung memenuhi kebutuhan masyarakat lokal yang digunakan untuk memperbaiki fasilitas komunikasi dan jalan-jalan, pendidika, pelatihan, dan pelayanan kesehatan.
Pengelolaan ekowisata pada kawasan Pondok Pesantren Purba Baru dapat dilihat sebagai cara untuk membantu masyarakat untuk mempertahankan, atau memerbaiki standar kehidupan dan kualitas kehidupan mereka.
Selain adanya keuntungan dari pengembangan ekowisata, adapula  kerugian yang ditimbulkan yaitu berupa ancaman. Ancaman ini terjadi apabila ekowisata ini tidak dikelola dengan baik. Misalnya masyarakat setempat tidak diikutkan berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata ini. Hal ini akan menimbulkan kekecewaan masyarakat. Sehingga upaya untuk pelestarian nilai-nilai budaya dari daerah itu akan sulit dilakukan tanpa adanya dukungan dari masyarakat.
Untuk itu perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan pengembangan ekowisata ini agar ancaman-ancaman yang dikhawatirkan dapat dihindari.
BAB II
PENGEMBANGAN EKOWISATA

2.1.      Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata
Secara konseptual, ecotourism merupakan suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Secara konseptual ecotourism menekankan pada prinsip dasar sebagai berikut yang terintergrasi:
1.    Prinsip konservasi
Pengembangan kawasan Ponpes Pesantren Mustafawiyah Purba Baru dan sekitarnyaa menjadi objek ekowisata harus memiki prinsip konservasi. Prinsip konservasi ini dituntut mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memelihara serta memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan. Prinsip konservasi terdiri dari prinsip konservasi alam dan prinsip konservasi budaya.
a)    Prinsip konservasi alam
Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam serta pembangunan harus mengikuti kaidah ekologis.
Kriteria konservasi alam antara lain:

  • Mengelola jumlah pengunjung, sarana fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah Ponpes Mustafawiyah Purba Baru.
  •  Meningkatkan kesadaran dan apresiasi pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.
  • Memanfaatkan sumber daya secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ecotourism.
  • Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.
  • Mengelola usaha secara sehat.

Prinsip konservasi budaya
Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. 
Kriteria konservasi budaya antara lain:

  • Menerapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata
  • Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainnya (multi stakeholders dalam menyusun kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisat
  • Melakukan pendekatan, meminta saran-saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisat
  • Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat  setempat sebagai bagian terpadu dalam proses perencanan dan pengelolaan ekoswisata.

2.    Prinsip partisipasi masyarakat
Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat disekitar kawasan Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru.
Kriteria partisipasi masyarakat antara lain:

  • Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata
  • Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata
  • Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata
  • Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata
  •  Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan ekowisata.
  • Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.
  • Membentuk kerjasama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

3.    Prinsip ekonomi
Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat disekitar Pondok Pesantren Purba Baru tersebut dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan pembangunan yang berimbang antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak.
Pengembangan ekowisata ini harus mampu memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat setempat dan berkelanjutan.
Kriteria prinsip ekonomi meliputi

  • Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
  • Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk kesejahteraan penduduk setempat
  • Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.

4.    Prinsip edukasi
Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kapedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata juga harus meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat dan para pihak yang terkait.
Kriteria prinsip edukasi dalam pengembangan produk ekowisata harus:

  •  Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah sebagai daya tarik wisata.
  • Memafaatkan dan mengoptimalkan pengetahuan tradisional berbasis pelestarian alam dan budaya serta nilai-nilai yang terkandung didalam kehidupan masyarakat sehari-hari sebagai nilai tambah
  • Memberikan pengalaman yang berkualitas dan bernilai bagi pengunjung. 

5.    Prinsip wisata
Prinsip ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Selain itu pengembangan ekowisata juga harus mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan memberikan kepuasan serta menambah pengalaman bagi pengunjung.
Kriteriari dari prinsip wisata ini adalah:

  • Mengoptimalkan keunikan dan kekhasan daerah Mandailing karena akan menjadi daya tarik wisata
  • Menyediakan fasilitas yang memadai sesuai dengan kebutuhan pengunjung, dan kondisi setempat
  •  Memperioritaskan kebersihan dan kesehatan dalam segala bentuk pelayanan, baik fasilitas maupun jasa.
  • Memberikan kemudahan pelayanan jasa dan informasi yang benar.
  • Memprioritaskan keramahan dalam setiap pelayanan.

Jumat, 27 April 2012

YUuukkzz..LakUkaN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN PONPES MUSTOFAWIYAH PURBABARU MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA...!!!!^_^

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan Ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masayakat lokal (TIES, 2000). Potensi objek ekowisata di Indonesia cukup besar, salah satunya berada di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Kabupaten Madina yang strategis berada di antara dua daerah tujuan wisata yang biasa dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yaitu Bukit Tinggi (Sumatera Barat) dan Danau Toba (Sumatera Utara).  Daerah Madina yang masih alami dan belum terjamah oleh sentuhan para ekowisatawan (ecotourist) baik dari dalam negeri maupun mancanegara, menjadikan Kabupaten Madina sebagai solusi alternatif wisatawan di masa yang akan datang dan sebagai tempat transit maupun daerah tujuan wisata yang wajib dikunjungi setelah Bukit Tinggi maupun Danau Toba.
Salah satu dari sekian banyak yang berpotensi menjadi objek wisata di Mandailing Natal, Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru besrta daerah di sekitarnya merupakan tempat yang memiliki daya tarik tersendiri. Sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi objek ekowisata.
Nah...Di bawah ini ada beberapa foto Ponpes yang saya ambil dari beberapa web yang menjadi literatur dalam penulisan postingan kali ini...


Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru berlokasi di Jalan Lintas Medan-Padang, Desa Purba baru,  Kecamatan Lembah Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Pondok santri ini merupakan pondok yang mempunyai ciri khas sendiri dan merupakan salah satu Pondok Pesantren tertua bila dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain di Indonesia.
Di Pesantren ini, para santri putra dilatih kemandiriannya dengan membangun pondok tempat tinggal mereka. Ribuan pondok yang terhampar di Desa Purba Baru ini menjadi pemandangan unik di jalan lintas Sumatra. Ada yang merupakan bangun sederhana dengan atap rumbia dan dinding papan, tapi ada juga yang membangun dengan model mutakhir, bahkan tak sedikit yang bertingkat dua atau tiga. Yang menarik, walau mereka bangun dengan model mutakhir, tetap dengan penerangan lampu sumbu dan beralaskan tikar pandan. Dipondok inilah para santri-santri tinggal untuk memperdalam ilmu agamanya di Pesantren Musthafawiyah yang didirikan oleh H. Musthafa Husein Nasution.

Gbr. Gubuk-gubuk tempat tinggal santri

Para turis mancanegara tertarik melihat keberadaan gubuk-gubuk kecil berukuran 1,5 x 2,5 meter yang berbaris di sepanjang jalan, digunakan sebagai tempat tinggal santri yang berasal dari berbagai daerah di negeri ini. Keberadaan gubuk-gubuk kecil sebagai tempat santri dididik untuk hidup mandiri membuat kesan yang agak asing, dan didukung jumlah santri yang mencapai 8000 orang membuat suasana Ponpes Purba Baru menarik untuk disinggahi.
Selain ketertarikan akan keunikan pesantren ini, masih berada disekitar lokasi pesantren terdapat sebuah sungai yang disebut “Aek Singolot” yang airnya bening, dan terdapat batu-batu besar  yang membelah aliran sungai serta berarus deras menawarkan keindahan alam yang eksotik. Yang menjadikan sungai ini berbeda dengan sungai lainnya adalah airnya yang terasa sepat karena mengandung kesadahan yang cukup tinggi.
Air sadah merupakan air dengan kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Inilah yang menyebabkan sabun tidak akan menghasilkan busa atau hanya menghasilkan sedikit sekali busa. Akan tetapi walupun sungai ini mnyebabkan pemborosan penggunaan sabun, sungai ini merupakan salah satu tempat berlangsungnya aktifitas MCK oleh para santri dan masyarakat di sekitarnya.
Yang tidak kalah menarik, tak jauh dari lokasi Ponpes, terdapat rumah makan yang menyuguhkan hidangan khas Mandailingnya yang nikmat. Rumah makan itu berdesain seperti pondokan-pondokan beratap ijuk didirikan di tepi “Aek Singolot” (Sungai Singolot).

Di seberang rumah makan yang dibatasi sungai itu berjejer pepohonan yang hampir semuanya adalah pepohonan karet. Terkadang tampak gerombolan kera berkeliaran di sana. Pepohonan karet yang rimbun menyerupai hutan itu plus suara aliran sungai yang gemericik tak pernah berhenti sungguh membuat suasana sangat teduh dan nyaman, meski cuaca sedang terik sekalipun. Tak heran, nafsu makan sering bertambah saat bersantap di tempat ini.
Menu andalan rumah makan yang bernama “Pondok Paranginan” ini adalah “Kopi Mandheling” atau sering juga disebut Kopi takar (batok kelapa) karena batok/tempurung kelapa yang dijadikan sebagai wadah penyajiannya. Batok bukan sembarang batok. Batok kelapa yang ini terbuat dari batok kelapa gading yang dibentuk seperti cangkir lengkap dengan tatakannya. Yang uniknya lagi, kopi khas Madina itu disajikan dalam cangkir batok tersebut dengan sebatang kayu manis dimasukkan ke dalamnya, persis seperti sedotan dan memang difungsikan sebagai sedotan untuk menikmati rasa kopinya yang khas. Sebuah perpaduan rasa kopi Mandheling dan kayu manis yang unik. Tidak terlalu manis dan hangat sampai ke perut akan membuat para penikmatnya ketagihan.
Gbr. Kopi Mandheling...hmmm...nikmat'aaaa...!!

Selain Kopi Takar, menu khas Mandailing lainnya juga bisa dinikmati di sini, diantaranya “sambal tuktuk”, gulai “bulung gadung na i duda” (daun ubi tumbuk).
                                                                                         
Berdasarkan keunikan-keunikan di atas, diharapkan bisa menjadi sebuah pertimbangan bahwa kawasan Ponpes Mustofawiyah Purba Baru sekitarnya dapat dijadikan menjadi salah satu lokasi pengembangan objek ekowisata.

1.2.      Tujuan
          Adapun tujuan daerah tersebut dijadikan objek wisata adalah sebagai berikut.
1. Ekonomi masyarakat disekitarnya akan terbantu dan dapat mendorong masyarakat dalam melestarikan keunikan-keunikan alam dan budaya yang ada di daerah tersebut
2. Untuk membantu Pondok Pesantren Mustafawiyah Purba Baru dalam mengkomunikasikan keberadaanya kepada publik.
3.    Agar nilai-nilai religi di dareah tersebut tetap terjaga.


^_^
HaLak MandaiLing Do Aw Kawaaannn..!!!
HORAAASSSSS,,,,!!!
^_^


Template by:

Free Blog Templates